Pertama ku
mengenal dia, dan perlahan sejenak ku merasa kagum dengan semua yang telah dia
miliki, baik buruk dia mulai ku pelajari. Tahukah apa yang ku temui saat aku
bekerja di salah satu resto di kawasan pariwisata ciater? Ialah sosok yang
terasa indah, lembut, santun, aku dapatkan dari seorang sahabat yang tak pernah
ku temui sebelumnya! Hiruk pikuk kehidupan yang terus berorganisir menjadikan
semangat yang pernah ku tanam dahulu, semakin menggebu ketika aku pun mulai
dekat dengan sanak sodaranya! Alangkah senang hati dan perasaanku, Menjadikan
seseorang sosok yang ku ingin di dalam hidup ini terlahir. Diseiring
tenggangnya waktu, runtuhnya jaman, detik demi detik, begitupun bulan terus
berputar mengelilingi apa yang harus aku kerjakan dan aku rasakan saat itu!
Baik semakin baik Begitupun buruk semakin memburuk!
2010,
tahun yang begitu amat saya dambakan, senang, gundah, gelisah bercampur
sedihpun mengiringiku. Kebersamaan yang kian tak perrnah ku rasa sulit untuk ku
lupa. Yang terasa sulit, benar – benar sulit! Setahun kemudian, Aku mulai
mencoba melerai apa yang menjadi bumbu didalam arti dan indahnya kebersamaan
itu, Satu hati, satu airmata tanpa komfromi, tanpa pesan damai. Hanya kurasa
telepati yang kuat yang dapat menyampaikan kesan, pesan saat dimana ku
menyimpan semua memori indah itu. Ringkas cerita 10 Oktober 2011, Semakin
terlihat bahwa aku dan dia mungkin memang hanya jadi permasalahan yang tak
pernah berujung. Aku sayang dia... Dia kakakku. Dia kakakku!
Mimpi
– mimpi itu mulai aku redam, mulai aku benahi, mulai aku turuti, dan mulai aku
rasakan kepedihan - kepedihannya. Bertengkarlah aku hingga Setiap saat yang
menjadi topik pertemuan ialah diriku yang tak tau apa, yang di permasalahkan
karnaku, Tuhan! Aku rupanya bermimpi diatas kebahagiaan yang bukan untuk ku
genggam, ku terlalu memaksakan hati ini tuk menjadikannya seorang tuntunan,
mengajarkanku menyembah namamu Ya Allah. Menguatkan iman dan kebenaran –
kebenaran itu! Ya Rab, Berdosa aku
mendengarkan yang tak seharusnya kau dengar dari orang sekelilingnya, hingga
aku melakukan yang tak lazim aku kerjakan. Berdusta aku pada hatiku yang terus
berbohong aku demikian adanya!
Ya
allah... Aku mulai sadar ketika beberapa bulan sebelum Ramadhan 2012 saat ini.
Aku tak perlu melakukan demikian karna aku telah mendapatkan kasih sayang yang
tulus darinya, banyak hal yang tak perlu aku debatkan dengan beliau yang akan
menjadikan ketenangan sebenarnya! Tapi apa, entah ini cobaan, entah ini teguran
dimana ku harus terus dan terus berulang Terdzolimi. Namun, Ku menyadari bahwa
ku tak selamanya benar ya Allah, Entah kepada siapa ku berharap. Entah kepada
siapa ku memohon! Entah perkataanku yang salah atau sikap ku yang selalu
mengalah menjadikanku dihadapannya terasa lemah? Ya Allah...
2012
hanyalah Cerita, ku harus terpecah, ku harus rapuh, ku harus dan harus yang
lainnya. Aku bingung. Aku menyesal! Kenapa dia yang selalu merasa dia yang
paling tersakiti, Apa aku tak pernah terlintas dalam benaknya? dalam hatinya?
Dalam relung jiwanya? bahkan dalam nadi yang mampu menyalurkan darahnya? Urat
sendinya? Jantung dan hatinya? Ya Allah... mana! Kenapa semua ini menjadikan ku
seperti ini. Aku di hina, Di caci, di rendahkan, di remehkan, ini perasaanku ya
allah, yang hanya tertuang dalam setitik kertas pena mengantar kata hati
kedalam sebuah tulisan, Bergeming telingaku!
Berbaur
dalam kehancuran yang tak pernah aku duga sebelumnya! Ku berharap mati setelah
ini, namun ku salah karna kematian bukanlah segalanya. Tapi Apa ya Allah....
Apa! Harusnya dia tau perasaan yang telah banyak aku korbankan untuknya, untuk
keluarganya dan untuk pribadinya sendiri, Aku merindukan ucapan yang lembut
dari sosok ibu dan ayahnya. Aku rindu itu! Aku menjerit, serasa ku tak pernah
mampu ku menatap wajahku yang di hina ini, ya Allah Sabarkan aku, tabahkan aku,
dan cintai aku!
Kelak
ketika ku tau semuanya yang akan terjadi di kepolosan ku ini, ku kan tau semua
jawaban darinya! Aku pernah bercerita begini kawan, “ Esok Ku kan Merasakan hal yang kedua kalinya dari orang yang kau
sayang “. Dan tau apa yang terjadi
setelah banyak pesan yang ku terima di setiap percakapan? Yaitu masalah
tentangku dan tentangku yang tak pernah berakhir, yang ku kira itu ialah mimpi
yang dapat ku simpan dan berakhir selamanya. Tapi sayang, Untaian dan cacian
dari orang yang ku sayang, orang yang ku anggap segalanya! Kembali hadir
menghiasi hari – hari yang ku rasa indah itu,,, ku gelengkan kepala. Serasa ku
bermimpi di tembak maut. Seakan ajalku datang, seakan nadiku kan terhenti,
seakan airmata ini tak pernah larut. Ya allah Surga yang ku temui ialah neraka
yang membuatnya luka.
Allahhu
akbar, Allahhu akbar, Allahhu akbar ..... Aku menjerit! Aku berbisik pada
hatiku!
“ Apa ku harus pergi dari kehidupan ini? “ benar – benar tak ada artinya.
Aku
tak kuat, aku telah lemah menghadapi ganasnya sang dunia yang duduk di pinggir
sana. Betapa hati ini teriris, betapa hati ini kecewa. Aku mulai terkhianati
menatap pepohonan. Walau ku terasa lunglai, ku tetap bertahan mendengar
bisiknya. Aku harus begini untuk yang tersayangnya, ku harus begitu untuk orang
lainnya, dan ku harus menjauh akannya. Ini ya Allah jawaban yang selama ini aku
dapatkan untuk menjadikan kesenangan sesungguhnya ada pada diriku kelak. Astagfirullah!
Islam
yang ku kenal indah, yang mampu menentramkan hatiku, sejenak luluh karna satu sikap
dimana beliau mampu mengontrol semuanya dengan mudah. Untuk yang kedua kalinya
aku menggelenggkan kepala. Ya Allah! Iman yang kau beri, Islam yang terlahir,
syahadat yang berkumandang seketika rapuh oleh setan yang merasuk.
Tulisan
ini, airmata ini! Seolah enggan tuk terhenti sayang! Bodoh aku, harusnya aku
berdiam sejenak! Tapi apa, Masalah ini tak pernah berujung. Keegoisannya,
kemunafikannya, ketidak sadarannya menjauhkan segalanya akan sayang, perjuangan,
pengorbanan yang telah lama terbual. Aduuuuuuuhhhhhh! Sakiiiiiiit ya Allah,
ketauhidannya sirna, bagai setangkai bunga yang harus, yang tak boleh ku sentuh
sedikitpun, bagai emas yang berlapis 24 karat yang takut luntur. “ Aku tak pernah sadar” Ujarnya.
“ya rahmanu ya rahim “ tak habis pikir
aku mengorbankan hati dan perasaanku
untuknya. “Subhanallah walhamdulillah
walla ilahaillallah” Sungguh – sungguh aku menyesal. Berkawan dengan
kesendirian, berkawan dengan luka, Akhirnya aku menjadi seperti debu yang tak
pernah terlihat.
Yang
tercintaku, yang tersayangku semuanya jadi korban. Korban malu, korban sakit
hati, korban perih dan korban segalanya. Tak terpikir sebelumnya keluargaku kan
merasakan semua yang telah terjadi untukku. Begitu dosa aku ibu! Begitu salah
aku ayah! Maafkan aku kawan, Kepentingan itu sekejap hanyut perasaan itu
menghilang dan takut. Benar – benar, Duina ini menghitamkan yang halal.
Ya
Muhammad nabiku, Ya Allah Tuhanku! Taubat.......
! Taubatan Nasuha.
Indah
Cinta yang ku rajut, indah kemesraan yang ku tanam, Hilang sekejap karna ku
berkorban masih untuknya. Ya Allah, Dia gadis yang tidak berdosa! Dia gadis
yang berbakti untukku. Ku nikmati perasaan itu darinya... Ya Rabb... Aku
bertekad ingin menikah dengannya dahulu! Kini sirna, aku ingin membangun
mahligai rumah tangga dengannya kini hilang entah kemana,,, ya rabb! Semoga
engkau membantu dan menolong hamba yang berdosa ini, kembalikan dia yang pernah
ku cinta, kembalikan segalanya yang pernah aku korbankan untuknya! Aduuuuhhhhhh!
Bagaimana? Aku bodoh melihat sekejap mata,,, Aku malu mengakui aku bersalah
kepada yang tercintaku. Aku menyesal
Kawan....
Ini pengorbananku, ini perhatianku yang
tercurah hanya untukmu, ytak pernah aku ucap perhatianku untuk sang calon
istriku, adikku, ibuuku, keluargaku, ayahku bahkan hatiku kawan. Subhanallah
ku ingin hentikan ini namun aku tak mampu, aku tak tau harus ku bagai mana
memulai hidup ini? Silahkan kau kira airmata ini bohong, silahkan kau kira hati
ini dusta. Ini keadilan dari allah untukku uraikan dalam tulisan yyang mungkin
tak pernah terhenti begitu saja, karna kurasa panjang. W I N A ( Waktu Itu Nangisi Aku ) sekarang
setelah lepas denganku beliau bahagia. Sekarang setelah dipaksa putus dariku
beliau di cinta pria, hmmmmm ingin ku terus membalas semuanya yang pernah aku
hilangkan termasuk perhatian adikku “Sumarni“ Sungguh Aku khianat akan keluarga dan
perasaanku. Aku munafik dengan mirhab cinta yang telah ku rajut untuk beribadah
dan taat kepadamu ya Allah. Maafkan aku!
“Robeklah luka yang terus menerus membesar
ini, hai orang – orang yang ku sayang.”
Aku telah
menyiksa dan aku telah berkorban untuk dunia ini... tampar aku! Tampar ya
sayang.
Kesuksesan yang
kau raih hanyalah kepedihan yang ku korbankan untuk selalu menyumbang waktu,
menyita waktu. Tahu tidak? Sadar tidak? Ketika engkau Pula mendidikku, mengujam
jantungku, merusak rongga – rongga dalam dada ku, leherku punggungku, Aku tak
pernah sedikitpun mengucap menyesal menngenalmu, dan berkorban untukmu! Tapi
kenapa sekarang engkauu mengatakan itu kepadaku. Dunia sungguh terbalik, Fakta
yang realita menjadikannya ke angkuhan yang benar – benar dan patut tuk di
sombongkan. Aku tak pernah meminta cinta yang hilang untuk kembali, hanya ku
minta mengerti. Lihat diriku ini... apa karna hartaku tak pernah mengalir
untukmu, kurang apa aku ini, kurang apa kawan? Begitu mudah kau ucapkan hal
yang paloing menyakitkan dalam hidupmu, Apa aku ini diam aku tak merasa sakit?
Hilang dan luntur semua kebaikan ku untukmu... tak di terima iman islamku karna
engkau berkata demikian... Percuma seluruh ibadah yang kita rajut, seluruh
sodakoh yang kita sumbangkan. Hanya dapat mati dengan perkataan engkau sakit
dan mengakui hal paling menyedihkan di kehidupan mu! Allah ya Allah Ya
Allah.....
Ini itu hidup yang ku pilih atau
hidup yang terlanjur aku pilih? Hingga tak pernah terhenti cerita yang ku temui
di pertemuan ku sebelumnya, di tahun – tahun sebelumnya ketika ku denggan
seorang CECE SUHERLAN, NANANG, OMAN NUROHMAN, GRACE MAHARANI. Sungguh!
Tak kuasa aku
menatap kelemahan hattimu kawan, tapi apa yang kau balas untukku, hanya
ketakutan dunia seolah berpihak jatu akanku... Ya Allah...
Sempat ku berpikir, Emosi aku
menjawab pertanyaan setiap dia ucapkan. Tapi untuk apa? Untuk apa sahabatku,
untuk apa kakakku? Engkau yang tersayang, Subhanallah Sadarlah untukku!
Sadarlah untuk pengorbanan mu... dunia mengalihkan pandanganmu untukku.
Kawan, ku rasa hidupku tak
bertahan lama dengan kesepian ini, Dengan perlakuan ini, Dengan dosa ini,
jengah aku mengingat semuanya! Keadilanku dimatanya terbilang sia – sia.
Pengorbananku di matanya terbilang di rekayasa.
Kesadaran, kesabaran,
ketawakalan, terus coba akuu ttanamkan ketika sesaat setelah ku kabur dari
rumah. Karna ku pikir beliau kan mengerti mana yang benar? Ku pikir beliau kan
mengerti mana yang harus aku kejar? Ya tuhan... pekerjaan di tempat itu mulai
menjenuhkan ketika ku lihat beliau yang dulu ku kenal, beliau yang dulu ramah,
sopan, santun berubah menjadi demikian... Waw! Extreme!
“Kalah Dengan satu acuan....”
Kawan, Hari esok yang telah
menanti setelah aku ribut dengan mereka, yang datang yang pertama kali terbesit
di benak ku ialah keraguan, ketakutan, kepedihan betapa aku akan bertemu
kembali dengan sosok yang ku banggakan, seakan beruhah untuk saat ini menjadi
macan yang siap tuk menerkam. Aku takut, namun ku ingat dengan rekan –rekan
yang terbaik yang pernah ku temui disaat ini. Di keorganisasian yang pernah aku
temui. ( Walau ku terkadang trauma, apa aku kan bahagia mengenal orang lain,
apa terus seperti ini seperti saat dengannya?)
Tat kala hari yang telah
kutakiti itu muncul dihadapanku saat ini datang, semakin tak karuan ku
menghadapinya, semakin hatiku berdebar! “Ya Allah... Kuatkan aku dengan
sikapnya, kuatkan aku tuk menatap wajahnya, kuatkan aku mendengarkan kata –
katanya.“ aku berkata dalam hati. Dan apa akhir dari doa yang terjawab oleh
Allah SWT? Ialah keluluhan, kebaikan, kelembutan yang dulu aku rasakan hadir
kembali walau terkadang ku harus berbatas jarak, berbatas ruang. Namun ku
mencari cara, ku mencari jalan untukku dapat merasakan kebaikan – kebaikannya.
Aku berusaha ya Allah seperti yang selalu ku doakan kepada-Mu.
Subhannallah, Segala pedih di
satu hari ini coba ku tahan, coba ku buang, coba ku redam. Walau hati saat
kemarin beliau mencaci maki dan tak membela sedikitpun terhadapku, namun ku
yakin dia baik, dia peduli, aku yakin itu ya Allah... semoga Engkau pun
Demikian ya Allah, membantu meyakinkan hatiku dan hatinya agar tak pernah ada
perpecahan diantara aku dan dia. Amin
Sedikit ku menoreh kesosok cewek
yang ku idamkan selama ini, di keanggunannya, di keramahannya... namun sayang
beliau milik orang... Wkkkkkk
Hari demi hari terus bergulir
berganti dengan masa yang tak pernah lari dari nyatanya hidup demikian dengan
ikhtiar, ku berjuang untuk menjadikan dan meyakinkan diri ini mampu dengan
modal kepedihan yang beliau beri untukku, tepat datang masa dimana ku
menjalankan kewajibanku sebagai karyawan swasta. Hari itu hari dimana ku harus
menyeleseikan tugasku, photocopy, beberapa jam ku berada di tempat photocopy
aku semakin merasa yakin bahwa ku benar – benar mampu menyimpan keinginan yang
dulu sempat aku cita – citakan dengannya, menghapus bayangannya walau memang
sampai kapanpun sulit, karna memang menyayanginya aku hanya butuh 1 hari. Namun
sebaliknya, untuk melupakanmu ialah beban yang sangat berat.
Tepat Jam 15.30 Wib saat ku
selesai mengerjakan tugas itu, hal yang aku takutkan ialah hal yang harus
terjadi melihat wajah seorang yang budiman, yang baik yang lugu, yang sopan itu
melewat dengan sang istri yang tak
pernah mengerti itu. Wajah yang kusut yang tak pernah lama ketika ku selalu
berdebat dengannya sekarang terlihat lelah, maafkan aku kawan! Maaf aku yang
tak pernah mampu menghapus keringatmu, lelahmu, letihmu, lesumu, dan apa yang
ada dalam relung jiwamu. Ku tau enghaku kawan! Namun ku tak mampu dan ku tak
bisa melakukan itu semua, karna jujur sebenarnya ku ingin tapi aku takut engkau
kembali melarangku, engkau kembali membenciku dan engkau kembali memarahiku.
Ya allah, jalan raya yang
panjang menjadi saksiku saksi bisu yang membuat mata hati ini berbicara pada
sosok orang tua yang saat itu rekan kerjaku pula. Aku terus berharap kepada-Mu
ya Allah, berharap ku bisa menyentuh hatinya, berharap ku bisa mengobati lukanya!
Namun ku harus mengetahui ini juga, aku harus belajar dengan keadaan ini.
Wajib!
Sejalan dengan hati yang
demikian, pikirku pun semakin tak menentu hingga saat bel jam kerjaku pulang,
aku merasakan getaran yang dulu pernah ia simpan untukku. Beliau gelisah,
beliau tak pernah tau jalan arah kemana beliau berpijak. Aku bermimpi untukmu
kawan, engkau sejenak hadir menghiasi tidurku malam harinya. Niatku berpuasa
berharap kepada Allah meminta jalan agar Allah memberikan hidayah untukmu pun
terganggu, terganggu dengan senyum yang kau tebar dalam mimpiku. Meyakinkan
hatiku bahwa permasalahan ini reda untuk sesaat dan akan terbual kelak setelah
tiba waktunya! Mungkin sampai engkau memberikan suatu pilihan untuknya, disaat
engkau pun mengakhiri silaturahmi denganku yang berada dijalan kebenaran saat
itu. Rekan kerjaku yang lain tak pernah diam untuk tau masalah yang ada saatku
meneteskan airmata dan memohon – mohon padamu saat itu. Hina aku dimata
keluargaku, karna aku kepada keluargaku pun saja aku tidak demikian adanya.
Menjerit hatiku, kenapa aku harus ada di masalah ini?
Engkau yang kusayang, engkau
yang malang! Kenapa tak seorangpun yang tau, menyalahkanku? Padahal menurutku
ini hina. Mereka seolah terus menerus berkata dan menyalahkanmu seolah engkau
yang tidak punya ketegasan, engkau yang tidak bisa mendidiknya, seperti engkau
mengajakku, membimbingku ke jalan yang engkau harapkan. Sungguh setiap orang
berkata padamu, engkau telah dibutakan olehnya, dimatikan hatimu olehnya, di
jauhkan hatimu olehnya. “ya Allah, semoga
Engkau membukakan hati serta hidayahnya kepadanya ya Allah. Dia orang baik, dia
orang yang taat kepada-Mu” doaku saat itu.
Ku berpesan kepada setiap orang,
“janganlah kalian menjadikan manusia
tempat bergantung dan janganlah banyak berharap kepada manusia, karna engkau
niscaya akan gelisah. Dan janganlah terlalu engkau menjadikan kasih sayang itu
ada dan berlebihan melebihi kasih sayangmu kepada keluargamu, karna niscaya
kebencian lebih dekat bersamamu. Sebaliknya demikian, janganlah engkau membenci
orang – orang di sekitarmu, niscaya kasih sayang itu ada menghampirimu” Bukan
kebohongan kawan, ini realita yang aku rasakan, ini realita yang sempat aku
temukan.
Benar – benar tak akan pernah
engkau pun menyangka dengan keadaan ini, kecuali engkau pun ingin merasakan. Ku
kira sayang kepada seorang kakak ialah sayang melebihi segalanya. Namun tidak
demikian adanya, karena mungkin bukan kakak kandung? Terlalu berharap aku
memilikinya, hingga aku mendapatkan imbasnya.
Banyak unek – unek yang tidak
terlemparkan, tidak terpuaskan karena aku tak pernah ada kesempatan untuk
membela diriku, tak pernah ada pembelaan dari siapapun, sedikitpun itu aku yang
rasa. Hancurlah semua, landasan ku mengenal dirinya terus tersendat hingga aku
harus terus merasa benci akan diriku sendiri, hingga ku terus merasa marah
kepada orang yang telah mengadukanku. Kalaulah aku tau akan ku tanyakan kepada
beliau apa keinginan selanjutnya setelah aku dan dirinya begini? “harapanku, semoga karma dari Allah masih
tetap ada, aggar beliau selalu sadar terhadap apa yang telah dilakukannya” Maafkan aku, yang berharap demikian. Karena
ini bukan kali pertama untukku, setelah engkau menjadikan masalah – masalah
yang menerka hidup ku.
Tanpa terasa, hari ini hampir
satu minggu sudah ku menghadapi masalah – masalah yang benar – benar
mengkritiskan otak serta pemikiran. Bingung aku menemukan jawaban selama
pertanyaan ini terus menerus bergejolak. Kawan, ketika engkau sadar mungkin kau
telah tak bersamaku lagi. Ketika itu pula engkau kan memahami arti sebuah
sayang yang ku dapat dariku. Tapi ku tak berharap engkau demikian, dan biarlah
hanya Allah dan realita hidup matinya seorang manusia itu adalah suratan.
Memang ku merasakan getaran
rindu yang amat dalam, yang terlebih ku mengingat semua yang pernah engkau
berikan di detik pertama, kedua dan seterusnya. Jalan itu semakin terbentang
dan sulit untuk aku lupakan. “andai ku
dapat mengetahui jalan takdirku saat itu, mungkin ku takkan merasa seperti ini.
Dilanda ketakutan, kesendirian, kegelisahan, bahkan ketidak adilan yang benar
di bela yang salah” sungguh ku tak pernah mengira semuanya.
Kerapuhan yang ku rasa ialah
dilema yang ku pendam pula, disaat mentari menerusuk kedalam rusuk dan tulangku
saat ini. Aku pun merasa semakin ku tak pernah mampu melihat hari esok, lusa
dan seterusnya. Namun ku tidak boleh berkata demikian, karna ku kelak kan
menemukan kesejahteraan dalam hidup yang penuh tantangan. Serasa ku tak pernah
menyangka pula bila kelak ku tak bersamanya namun ku merasa sukses akan hinaan
yang ku dapat darinya! #Amien
Setelah lama aku tak berpetuah
denganmu, kelak ku akan menjadikan semua ini kenangan yang mampu mengingatkan
terhadap sosok yang terbaik yang pernah ada, Namun setelah ku merasakan
kepedihan sekian lama engkau pendam, kenapa rasa sayang ini berubah menjadi
benci dengan sikap yang engkau tanam saat ini, aku berusaha untuk menghancurkan
mu, Agar engkau mampu merasakan apa yang aku rasakna saat ini, kesendirian,
kesedihan, tidak di hargai bercampur dan tertuang dalam satu hati. Terkadang
aku ingin mengadu kepada allah kenapa dengan sikapku ini? Tapi apalah dayaku ya
Allah, aku hanya bisa berharap padamu dengan jalan yang mesti aku tempuh saat
ini dan sekarang. Semoga dan semoga, aku dapat melupakan semuanya!